KRITIK ESAI KUMPULAN CERPENđź’—

 Kritik Esai Kumpulan Cerpen

Oleh Maria Desi L Ganis 10 Juli 2021


Cerpen karya M. Shoim Anwar yang akan diulas adalah Sorot Mata Syaila, Sepatu Jinjit Aryanti, Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, Tahi Lalat dan Jangan ke Istana, Anakku. Dari kelima cerpen tersebut terdapat persamaan di dalamnya meskipun dengan judul yang berbeda-beda. Kesamaan tersebut terlihat dimana sama-sama menggambarkan tentang kehidupan yang seperti realita, sosial,  percintaan meskipun rasa cinta dijelaskan dan ditujukan dengan tujuan yang berbeda-beda dan kepada orang yang berbeda-beda. 

Dalam Sorot Mata Syaila menggambarkan kasih cinta kepada seorang perempuan yang bertemu di dalam pesawat yang terpancar dari sorot matanya hingga membuat sang laki-laki rasanya ingin berlama-lama dengan Syaila. Hal ini seperti menggambarkan realitas kehidupan bahwa merupakan suatu hal yang wajar jika seseorang memiliki rasa cinta kepada lawan jenis yang menurutnya mengagumkan baginya. Dalam cerpen Sepatu Jinjit Aryanti rasa cinta dijelaskan dan ditujukan seorang laki-laki tua yang sangat mencintai perempuan yang sangat cantik bernama Arianti. Untuk Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue persamaan terletak pada kehidupan sosial yang berhubungan dengan hukum. Untuk cerpen dengan judul Tahi Lalat persamaan digambarkan tentang kehidupan realitas masyarakat yang biasa membicarakan orang lain jika memang ada hal yang mengandung bahan pergunjingan seperti Bu Lurah yang diceritakan oleh masyarakatnya. Yang terakhir pada cerpen Jangan ke Istana, Anakku persamaan terlihat pada rasa cinta terhadap anaknya, karena ia telah merasakan pahitnya masa lalu hidup dalam kurungan pagar istana, dengan begitu tentunya seorang ayah tidak ingin anaknya merasakan hal yang sama dengannya. Namun selain persamaan-persamaan yang terdapat dalam masing-masing cerpen tersebut masih akan dianalisis lebih dalam terkait masing-masing cerita tersebut. Yaitu, yang pertama terkait dengan cerpen Sorot Mata Syaila, 

Dalam cerpen ini  Sorot Mata Syaila karya M. Shoim Anwar ini menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari yang kerap diberbincangkan oleh masyarakat dan juga menjadi problem bagi banyak orang dan tentunya harus bisa dihilangkan, yaitu tentang koruptor. Seperti dalam penggalan kutipan berikut sekarang aku berpikir persoalanku sendiri. Aku berharap penerbanganku terlambat, bila perlu ditunda dalam waktu yang panjang. Alasan melaksanakan ibadah ke tanah suci dan ziarah ke makam nabi-nabi sudah kulalui. Semua itu aku lakukan untuk memperlambat proses hukum sambil mencari terobosan lain, termasuk tidak hadir saat dipanggil untuk diperiksa penyidik. Dalam kutipan tersebut jelas tergambar bahwa seseorang tersebut berusaha untuk mengulur-ulur waktu sehingga proses hukum tidak dapat segera dilaksanakan. Dalam cerpen tersebut menggambarkan tokoh “Aku” yang licik tidak berani untuk bertanggung jawab dengan perbuatannya bahkan dia berani untuk menyewa pengacara dengan cukup mahal supaya bisa membantunya. Saat tokoh “Aku” tersebut berusaha untuk melarikan diri ia bertemu dengan tokoh Syaila. Saat pertemuan tersebut penulis membuat adegan yang mesra meskipun dalam akhir cerita penulis membuat cerita dengan penuh tanda Tanya. 


Dalam cerita pendek yang berjudul "Sepatu Jinjit Aryanti" pengarang mengandung kritik sosial yaang berkaitan dengan masalah politik. Dalam cerpen “Sepetu Jinjit Aryanti” pengarang mencoba untuk membandingkan negara Indonesia dengan negara lain yang pembangunannya lebih cepat dibandingkan dngan negara Indonesia yang dalam proses pembangunannya sangat lambat. Hal itu dibuktikan dengan kutipan berikut.


“Johor adalah satu-satunya provinsi yang memperbolehkan kepemilikan asing dan penanaman modal asing. Tak heran jika pembangunan fisik di provinsi itu berjalan begitu cepat.”


Selain untuk menyindir negara Indonesia yang pembangunnanya sangat lambat pengarang juga menceritakan bagaimana politik Indonesia yang menggunakan orang-orang biasa agar politik yang mereka rencanakan berjalan dengan baik. Salah satuhnya yaitu dengan gadis-gadis yang berparas cantik yaitu dengan cara menyuruh gadis-gadis cantik itu untuk dekat dengan lawan politik mereka sehingga apa yang mereka lakukan tidak tercium. Sebegitu pintarnya para politik sekarang yang menggunakan segalah cara.


Di zaman sekarang banyak sekali masyarakat kecil yang menjadi korban dari perbuatan para politikus yang mengatasnamakan rakryat agar kebusukan mereka tidak tercium oleh rakyat. Tanpa mereka sadari bahwa yang mereka lakukan itu berimbas pada masyarakat kecil namun bagi para penguasa yang terpenting adalah harta dan kekuasaan. Orang-orang kecil tidak bersalah harus ikut bertanggung jawab atas permainan politik yang dimainkan oleh para penguasa demi menyelamatkan posisi mereka. Bahkan mereka harus diasingkan dari keluarga mereka demi menyelamatkan para penguasa sebab mereka di ancam untuk tidak menceritakan kebenaran kepada publik. Agar ceritanya lebih menarik pengarang mencoba untuk membungkus makna yang ingin disampaikan dengan bahasa yang sedemikian indah. Namun secara keseluruhan cerpen di atas merupakan tentang perjalanan politik yang ada di Indonesia. Seseorang yang membaca cerpen di atas secara keseluruhan akan memahami isi dari cerpen tersebut. secara keseluruhan cerpen “Sepatu Jinjit Aryanti” di atas sangat menarik. Cerpen di atas merupakan cerita tentang perjalanan politik yang mungkinn pernah ada di Indonesia.


Dalam cerita pendek yang berjudul "Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue" pengarang mengandung kritik sosial yaang berkaitan dengan masalah hukum. Cerpen tersebut menceritakan tentang jaksa yang hanya membohongi terdakwa dengan janji akan memenangkan masalah hukum yang menjerat terdakwa tersebut dan berjanji kepada terdakwa akan memenangkan perkara yang ada di persidangan. Akan tetapi, dengan syarat harus memberikan uang agar perkaranya bisa menang.


Dalam cerpen ini terdapat tokoh yang bernama Bambi. Bambi adalah seorang jaksa yang tidak bertanggung jawab terhadap seorang terdakwa yang ingin kasusnya dapat menang dan terselesaikan. Akan tetapi Bambi mempunyai syarat kepada terdakwa agar bisa menang, dengan memberikan sejumlah uang untuk menyuap di peradilan, alih-alih bisa menang uang tersebut diberikan terdakwa kepada Bambi malah disalahgunakan oleh Bambi untuk bersenang-senang menikmati glamornya kemewahan bersama wanita-wanita cantik yang ia sewa dengan uang hasil terdakwa tersebut. Uang tersebut digunakan di sebuah klub untuk bermanja bersama wanita dan berdansa ria. Di dalam cerpen tersebut juga terdapat tokoh bernama Miske. Miske adalah seorang wanita yang bersama Bambi di sebuah klub untuk bersenang-senang dan berdansa ria. Nama aslinya bukan Miske tetapi Kiara. Kiara juga merupakan korban dari Bambi, sebagai ahli waris dia tidak pernah datang ke pengadilan, hanya di wakilkan oleh kuasa hukumnya saja. Ibu dari Kiara tersebut hanya dipermainkan saja karena Bambi ingin mendapatkan Kiara. Di dalam cerpen tersebut terdapat tookoh yang bernama Devira yang merupakan korban penipuan yang disebabkan oleh Bambi, permasalahan yang sama untuk kasusnya menang harus menyiapkan sejumlah uang untuk menyuap jaksa di persidangkan. Namun, Deviara kalah dan dirinya mengalami kerugian yang banyak.


 “Aku ingin bicara,” kata saya di mulut toilet


“Bicara Apa?” Bambi mengarahkan pandangan ke muka saya.


“Putusanmu. Mengapa aku kau kalahkan?”


“saya sudah mengusahakan agar kau yang menang di pengadilan, tapi tak ada dissenting opinion”


“Itu persis kasus saya. Tapi mengapa saya tidak dimenangkan?” saya bertanya pada Devira


“Ibu tahu,” Devira meyakinkan, “Perempuan yang diajak berdansa tadi itu adalah anak dari almarhum Pak Madali, yang ibu gugat.”


“Namanya Miske katanya.”


“Bukan. Nama aslinya Kiara. Sebagai ahli waris, dia tidak pernah datang ke pengadilan. Hanya diwakili kuasa hukumnya. Ibu dipermainkan Pak Bambi demi mendapatkan Kiara”


“Saya memang pernah mendengar nama itu. Setan semuanya!”


Dapat dilihat dari kutipan di atas bahwa seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan menghalalkan segala cara. Bahkan yang sudah terikat akan janji kepada seseorang, dan demi mendapatkan apa yang ia butuhkan (1 kebutuhan lagi) ia dapat menyeleweng akan janjinya. Seperti yang dialami oleh Anik, Mikes dan Bambi.


Dalam cerpen Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue mengingatkan kita tentang arti dari sebuah komitmen. Selain itu juga mengingatkan kita dalam mendapatkan apa yang kita inginkan. Dalam menjalankan segala sesuatu hendaknya kita harus selalu berbuat kebaikan. Jangan menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang kita inginkan.


Dalam cerita pendek yang berjudul "Tahi Lalat" pengarang mengandung kritik sosial yaang berkaitan dengan masalah politik. Cerpen Tahi Lalat di Dada Istri Pak Lurah karya M. Shoim Anwar merupakan hasil karya sastra yang menggambarkan realitas kehidupan seorang Lurah dengan warga desanya. Shoim Anwar sebagai pengarang cerpen ini menggugah pembaca dengan menyajikan kehidupan seorang Lurah yang menyalah gunakan jabatannya itu untuk memperdaya masyarakat sekitar da membuat warganya menjadi sengsara.


Perhatikan kutipan berikut:


“Di sebelah mana tahi lalatnya?” aku mencoba mengorek kejelasan.


“Di sebelah kiri, agak ke samping,” jawab Bakrul.


“Katanya sebesar biji randu.”


“Ooo…,” aku manggut-manggut.


Bagi yang kurang yakin, pertanyaan yang dilontarkan pun langsung diteriakkan saat aku lewat di wilayah mereka.


“Di dada istri Pak Lurah ada tahi lalatnya ya?” pertanyaan di teriakkan salah seorang warga. Kali ini aku mencoba menahan diri, tanpa memberi jawaban atau kode.


“Di sebelah kiri ya?” teriakkan itu di lanjutkan.


“Sebesar biji randu ya?”


Pada kutipan di atas, dalam kehidupan bermasyarakat memang terkadang ada orang yang suka mencari kekurangan dari orang lain. Dari berita yang kurang baik apalagi dari orang-orang ternama yang ada di desa tersebut pastinya akan menjadi bahan pembicaraan yang sangat menarik untuk dibicarakan. Berita yang belum tentu ada benarnya itu akan cepat menyebar dari mulut ke telinga orang-orang di sekitarnya tanpa pandang bulu. Seperti itulah realita kehidupan masa kini yang sering mencari-cari kekurangan dari orang lain.


Perhatikan kutipan berikut:


“Suara truk pengangkut material untuk pembangunan perumahan menderu-deru di jalan depan rumah yang rusak parah. Debu-debu itu sering dikeluhkan oleh anakku, Laela, setiap pulang sekolah. Entah mengapa Pak Lurah dan perangkatnya tak peduli dengan situasi itu. Pak Lurah justru tampak akrab dan sering keluar bareng dengan mobil pengembang perumahan itu.”


Pada kutipan di atas, sejak dibangunnya perumahan di desa tersebut, banyak warga yang tersiksa oleh proyek pembangunan itu. Bukan hanya jalan yang semakin rusak, tetapi juga debu-debu berterbangan kemana pun dan membuat sesak di dada. Pejabat desa pun enggan untuk peduli kepada nasib warganya yang semakin mengenaskan itu. Justru para pejabat desa sudah tidak memperdulikan warganya, dan lebih mementingkan proyeknya itu berjalan dengan lancar. Pejabat desa itu lebih mementingkan pemilik pengembangan perumahan saja.


Perhatikan kutipan berikut:


“Bulan depan adalah masa pendaftaran calon lurah atau kepala desa di sini. Konon Pak Lurah akan mencalonkan kembali untuk periode berikutnya. Tak ada yang bisa mencegahnya meski janji-janjinya yang dulu ternyata palsu.”


Pada kutipan di atas, dalam dunia politik memang seperti itu adanya, janji-janji yang disampaikan waktu pemilihan tidak akan pernah ditepati, mungkin karena sudah menjadi orang yang terpilih dan hidupnya sudah enak lantas melupakan janji-janjinya kepada warganya. Jadilah seorang pemimpin yang bertanggung jawab, yang menepati janjinya kepada warga, bukan hanya omong kosong belaka yang ada.


Dalam cerita pendek yang berjudul "Jangan ke Istana, Anakku" pengarang mengandung kritik sosial yaang berkaitan dengan masalah politik. Pada cerpen tersebut, menceritakan bagaimana seorang rakyat yang dalam kehidupan yang amat sederhana namun memiliki kebahagiaan dalam kehangatan rumah tangga namun dipilih oleh istana untuk menjadi penjaga disana, dan tidak ada pilihan lain karena jika menolak pun sama saja dengan mencari kematian.


Satu kesadaran, bahwa pada kehidupan ini, masih banyak masyarakat yang hidup susah atau tidak mampu, namun harus bekerja dan meninggalkan keluarganya untuk mencari nafkah untuk keluarga. Rela menahan rindu dan menjalankankan segala kewajibannya pada pekerjaan tersebut. Pada era sekarang ini, kejadian tersebut sudah tidak asing lagi. Masyarakat jarang ada yang mau bekerja di tempatnya sendiri dengan upah yang seadanya, namun bekerja di luar ruang lingkupnya untuk upah yang lebih besar meninggalkan keluarga namun mereka berfikir bahwa kebahagiaan akan datang dengan sendirinya saat pekerjaan itu berhasil, mereka lupa akan waktu yang seharusnya mereka gunakan dengan keluarga.


Pada cerpen tersebut menceritakan bahwa sang tokoh “Aku” memiliki istri yang nekat untuk masuk ke istana, padahal hal tersebut sudah jelas dilarang karena penjagaan istana yang ketat. Akibatnya, sang istri dilirik oleh sang raja dan dijadikannya penari namun tidak pernah ada kabar setelah itu. Hal ini dalam kehidupan nyata, marak terjadi. Karna tidak tertahan membandung rasa rindu dengan sang pujaan hati, akhirnya ia nekat untuk menyusulnya apapun yang terjadi, mungkin dalam pemikiran sang pelaku, ia beranggakap bahwa yang terpenting ia sudah berusaha. Apapun yang dihadapi nanti itu urusan belakangan. Konsekuensi akan ia dapatkan dan itulah resikonya.


Pada sisi kerajaan atau istana, dengan memiliki wewenang atau jabatan. Mereka bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan. Keegoisan yang cukup tinggi dan melupakan hak asasi orang lain. Jika dihubungkan dengan kondisi saat ini, banyak sebuah pekejaan yang memainkan pekerjanya tidak seperti manusia. Istirahat yang kurang, waktu bertemu dengan keluarganya, bahkan terkadang itu dengan biaya yang tidak sepadan.


Masih banyak juga orang yang memiliki jabatan tinggi namun salah menggunakan jabatan tersebut. Karena jabatan itu, mereka berlaku sewenang-wenang dengan pihak kecil. Dapat membayar hak mereka dengan uang-uang mereka dan biasanya itu terjadi karena ia melupakan perjalanan mereka dari nol hingga memiliki jabatan tersebut.


Dari lima cerita pendek yang sudah dibahas yaitu; "Sorot Mata Syaila", "Sepatu Jinjit Aryanti", "Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue", "Tahi Lalat" dan "Jangan ke Istana, Anakku". Cerpen tersebut banyak mengandung kritik sosial yang berkaitan dengan masalah hukum dan politik. Dalam cerpen karya M. Shoim Anwar terkandung nilai sosial karena sebagian besar cepernya memuat kritik yang ditunjukkan terhadap ketimpangan sosial yang terjadi di negeri ini.

Komentar

Postingan Populer